3 Januari 2016
Aku bermimpi serasa pulang ke rumah. Aku bertemu kakakku Suraji.
Kulihat ada beberapa majalah baru di atas meja. Ada sampul majalah yang
sampulnya berbau pornografi. Aku merasa malu kepada kakakku. Tetapi bukan aku
yang menaruh buku itu.
Ada beberapa kaos dan celana pendek baru warna putih. Waktu aku mau
memakai celana pendek itu, aku merasa kesulitan. Sepertinya hanya ada satu lobang pada celana itu. Aku
bertemu ibuku. Aku bertemu temanku Didik Siswadi yang juga pulang dari Jakarta. Ia datang
menyalamiku (berjabat tangan). Aku menjabat tangannya. Ia juga memintaku untuk
melihat pertandingan basket karang taruna di Internet Raya. Tim pemuda desa
kami baru saja menang pertandingan. Tetapi aku tidak berminat untuk melihat
pertandingan itu. Aku ingin menemui Mas Suwarto untuk menanyakan informasi
bagaimana membuat perpanjangan SIM.
Makna:
Aku ke Masjid untuk mengikuti shalat Magrib. Aku duduk di tengah shaf
pertama. Saat itu imam shalat seorang yang tidak biasanya jadi imam. Menurutku
ia seorang tokoh yang lebih dihormati. Selesai shalat, ia memimpin doa. Tetapi
aku tidak bisa mengikuti makna doanya. Doa mereka tidak menarik bagiku. Aku
mempunyai doa sendiri yang sangat kupahami. Jadi aku menggunakan doa dengan
caraku sendiri seperti di buku yang kubaca.
Selesai shalat aku langsung ke warung --Doa Ibu-- untuk makan malam.
Aku menyukainya karena namanya bagus. Dalam perjalanan seorang penjual es
kelapa muda yang kukenal menyapa. Beberapa kali aku pernah datang dan membeli
es kelapa muda. Kami juga pernah berbicara beberapa kali. Seperti teman saja.
Ia bertanya, “Mau kemana?” Aku menjawab sekenanya, “Ke warung untuk makan.”
Saat itu sedang enggan untuk berbicara dengannya. Mungkin lain kali saja..
Aku
menafsirkan kakakku Suraji sebagai seorang Imam di Masjid. Kakakku Suraji
adalah seorang guru PNS. Ia juga seorang ustad, sering mengisi ceramah dan juga
sering jadi imam shalat.
Aku
menafsirkan Didik Siswadi adalah penjual es kelapa muda. Meski aku belum tahu
namanya, tapi kami dekat seperti teman. Kami pernah ngobrol beberapa kali.
Menyalami
(berjabat tangan) dalam mimpi bisa berarti menyapa.
3 Januari 2016
Aku bermimpi bertemu kakakku Suraji di suatu tempat. Ibuku memberinya
hadiah, menurutku kacang tanah dalam karung. Aku mengikuti kakakku. Namun
tiba-tiba ia berhenti, ada barang bawaan yang jatuh dari sepeda. Karung yang
berisi banyak bungkusan seperti tempe
dari daun pisang. Sayangnya daun pembungkus sudah berwarna coklat ---usang. Aku
mengatakan kesalahan yang dilakukan ibu kami. Yaitu memakai pakaian atau wadah
sampai usang dan rapuh. Akhirnya rusak. Dan itu juga menahan rezeki dari
seseorang penjual pakaian---perlengkapan.
Makna:
Kemarin temanku Akhmad Karnandi memintaku untuk mencari rumah kontrakan
di suatu tempat. Lalu di siang hari aku berangkat dengan motor. Di pinggir
jalan aku melihat seseorang yang berjualan memakai gerobak. Aku sangat kasihan
dan juga salut sama mereka. Mereka sangat kuat karena bisa mendorong gerobak
yang berisi muatan dagangan kemana-mana. Aku sendiri merasa tidak mampu
menjalani. Aku mendatangi penjual itu yang sedang istirahat. Aku membeli sapu
kecil seharga Rp 20ribu. Orang itu sangat senang dan berterima kasih. Aku
bertanya tentang cermin, tetapi penjual mengatakan tidak ada.
Dalam perjalanan berikutnya, aku melihat penjual yang lain yang sedang
mendorong gerobak dagangannya. Aku membeli cermin, gantungan baju, dan kaos
kaki seharga Rp. 28ribu. Aku bertanya tentang asal daerahnya. Penjual itu
berkata, “Dari Garut.”
Aku memang membuat
program untuk membeli sesuatu yang kubutuhkan dari orang-orang seperti mereka.
Uangku tidaklah banyak, jika aku belanja di toko besar, uangku tidak bisa
membuat penjual tersenyum. Tetapi dengan membeli sesuatu dari mereka sedikit,
mereka tersenyum dan terima kasih.
Ini adalah pola
pikir baru. Selama ini ibuku mengajarkan untuk hemat, kalo bisa tidak perlu
belanja. Tetapi belakangan menurutku salah. Ketika kita punya uang, sebagian
uang itu harus kita belikan sesuatu. Konsepnya berbagi rezeki ke tetangga
penjual, atau para pedagang di pasar. Bukan semuanya, tetapi sebagian uang yang
kita punya. Bukan setiap pedagang kita beli satu-satu. Tetapi yang kita pandang
kita perlu.
3 Januari 2016
Aku bermimpi naik motor bersama keponakanku Izzah (kelas 4 SD) di jalan
raya. Di depan ada tikungan jalan dan lintasan terdekat. Tetapi di depan ada
rambu, dilarang melintasi jalan itu pada jam 06.20 pagi. Aku ragu karena jam
dinding di sebelahnya tidak jelas menunjukkan angka berapa? Aku melihat seorang
wanita naik motor bersama temannya, lalu aku terinspirasi untuk mengikuti di
belakangnya.
Makna 1:
Pagi hari aku berniat mencuci baju. Tetapi aku menjadi ragu karena
biasanya ada wanita muda yang juga mencuci. Karena itu aku harus menunggu wanita
muda itu selesai mencuci. Tetapi aku harus mencuci. Jadi aku bangkit dan
membawa pakaianku ke tempat mencuci di lantai 3.
Makna 2:
Di siang hari aku mencari rumah untuk kontrakan di sekitar perumahan
Jl. Kayu Putih. Ketika pulang, aku mampir ke Toko Gunung Agung di Arion Mall
untuk membeli buku. Buku yang kubeli kutaruh di sepeda motor dalam
plastik---tas kresek. Waktu keluar parkiran aku merasa bimbang. Karena kemarin
aku pernah keluar parkir salah jalur. Aku mengikuti di jalur mobil. Aku
terjebak dalam antrian mobil, dan tidak bisa lagi balik ke belakang.
Sebelah kiri ada banyak motor sedang mengantri. Tapi saat itu aku
merasa beruntung. Karena kesalahan tanpa sengaja aku bisa keluar dari parkir
lebih dulu. Aku tak ingin kesalahan itu terulang lagi. Jadi aku mengikuti
seorang perempuan yang juga keluar dari
parkiran. Kali ini aku di jalur yang benar, aku berada di jalur antrian motor.
Aku tidak tahu mana tafsir yang paling benar mengenai mimpiku.
LAIN-LAIN :
TAFSIR
MIMPI MENURUT ISLAM