Rabu, 06 Januari 2016

MIMPI PULANG KE RUMAH



3 Januari 2016
Aku bermimpi serasa pulang ke rumah. Aku bertemu kakakku Suraji. Kulihat ada beberapa majalah baru di atas meja. Ada sampul majalah yang sampulnya berbau pornografi. Aku merasa malu kepada kakakku. Tetapi bukan aku yang menaruh buku itu.
Ada beberapa kaos dan celana pendek baru warna putih. Waktu aku mau memakai celana pendek itu, aku merasa kesulitan. Sepertinya  hanya ada satu lobang pada celana itu. Aku bertemu ibuku. Aku bertemu temanku Didik Siswadi  yang juga pulang dari Jakarta. Ia datang menyalamiku (berjabat tangan). Aku menjabat tangannya. Ia juga memintaku untuk melihat pertandingan basket karang taruna di Internet Raya. Tim pemuda desa kami baru saja menang pertandingan. Tetapi aku tidak berminat untuk melihat pertandingan itu. Aku ingin menemui Mas Suwarto untuk menanyakan informasi bagaimana membuat perpanjangan SIM.
Makna:
Aku ke Masjid untuk mengikuti shalat Magrib. Aku duduk di tengah shaf pertama. Saat itu imam shalat seorang yang tidak biasanya jadi imam. Menurutku ia seorang tokoh yang lebih dihormati. Selesai shalat, ia memimpin doa. Tetapi aku tidak bisa mengikuti makna doanya. Doa mereka tidak menarik bagiku. Aku mempunyai doa sendiri yang sangat kupahami. Jadi aku menggunakan doa dengan caraku sendiri seperti di buku yang kubaca.
Selesai shalat aku langsung ke warung --Doa Ibu-- untuk makan malam. Aku menyukainya karena namanya bagus. Dalam perjalanan seorang penjual es kelapa muda yang kukenal menyapa. Beberapa kali aku pernah datang dan membeli es kelapa muda. Kami juga pernah berbicara beberapa kali. Seperti teman saja. Ia bertanya, “Mau kemana?” Aku menjawab sekenanya, “Ke warung untuk makan.” Saat itu sedang enggan untuk berbicara dengannya. Mungkin lain kali saja..
Aku menafsirkan kakakku Suraji sebagai seorang Imam di Masjid. Kakakku Suraji adalah seorang guru PNS. Ia juga seorang ustad, sering mengisi ceramah dan juga sering jadi imam shalat.
Aku menafsirkan Didik Siswadi adalah penjual es kelapa muda. Meski aku belum tahu namanya, tapi kami dekat seperti teman. Kami pernah ngobrol beberapa kali.
Menyalami (berjabat tangan) dalam mimpi bisa berarti menyapa.
3 Januari 2016
Aku bermimpi bertemu kakakku Suraji di suatu tempat. Ibuku memberinya hadiah, menurutku kacang tanah dalam karung. Aku mengikuti kakakku. Namun tiba-tiba ia berhenti, ada barang bawaan yang jatuh dari sepeda. Karung yang berisi  banyak bungkusan seperti tempe dari daun pisang. Sayangnya daun pembungkus sudah berwarna coklat ---usang. Aku mengatakan kesalahan yang dilakukan ibu kami. Yaitu memakai pakaian atau wadah sampai usang dan rapuh. Akhirnya rusak. Dan itu juga menahan rezeki dari seseorang penjual pakaian---perlengkapan.
Makna:
Kemarin temanku Akhmad Karnandi memintaku untuk mencari rumah kontrakan di suatu tempat. Lalu di siang hari aku berangkat dengan motor. Di pinggir jalan aku melihat seseorang yang berjualan memakai gerobak. Aku sangat kasihan dan juga salut sama mereka. Mereka sangat kuat karena bisa mendorong gerobak yang berisi muatan dagangan kemana-mana. Aku sendiri merasa tidak mampu menjalani. Aku mendatangi penjual itu yang sedang istirahat. Aku membeli sapu kecil seharga Rp 20ribu. Orang itu sangat senang dan berterima kasih. Aku bertanya tentang cermin, tetapi penjual mengatakan tidak ada.
Dalam perjalanan berikutnya, aku melihat penjual yang lain yang sedang mendorong gerobak dagangannya. Aku membeli cermin, gantungan baju, dan kaos kaki seharga Rp. 28ribu. Aku bertanya tentang asal daerahnya. Penjual itu berkata, “Dari Garut.”
Aku memang membuat program untuk membeli sesuatu yang kubutuhkan dari orang-orang seperti mereka. Uangku tidaklah banyak, jika aku belanja di toko besar, uangku tidak bisa membuat penjual tersenyum. Tetapi dengan membeli sesuatu dari mereka sedikit, mereka tersenyum dan terima kasih.
Ini adalah pola pikir baru. Selama ini ibuku mengajarkan untuk hemat, kalo bisa tidak perlu belanja. Tetapi belakangan menurutku salah. Ketika kita punya uang, sebagian uang itu harus kita belikan sesuatu. Konsepnya berbagi rezeki ke tetangga penjual, atau para pedagang di pasar. Bukan semuanya, tetapi sebagian uang yang kita punya. Bukan setiap pedagang kita beli satu-satu. Tetapi yang kita pandang kita perlu.
3 Januari 2016
Aku bermimpi naik motor bersama keponakanku Izzah (kelas 4 SD) di jalan raya. Di depan ada tikungan jalan dan lintasan terdekat. Tetapi di depan ada rambu, dilarang melintasi jalan itu pada jam 06.20 pagi. Aku ragu karena jam dinding di sebelahnya tidak jelas menunjukkan angka berapa? Aku melihat seorang wanita naik motor bersama temannya, lalu aku terinspirasi untuk mengikuti di belakangnya.
Makna 1:
Pagi hari aku berniat mencuci baju. Tetapi aku menjadi ragu karena biasanya ada wanita muda yang juga mencuci. Karena itu aku harus menunggu wanita muda itu selesai mencuci. Tetapi aku harus mencuci. Jadi aku bangkit dan membawa pakaianku ke tempat mencuci di lantai 3.
Makna 2:
Di siang hari aku mencari rumah untuk kontrakan di sekitar perumahan Jl. Kayu Putih. Ketika pulang, aku mampir ke Toko Gunung Agung di Arion Mall untuk membeli buku. Buku yang kubeli kutaruh di sepeda motor dalam plastik---tas kresek. Waktu keluar parkiran aku merasa bimbang. Karena kemarin aku pernah keluar parkir salah jalur. Aku mengikuti di jalur mobil. Aku terjebak dalam antrian mobil, dan tidak bisa lagi balik ke belakang.
Sebelah kiri ada banyak motor sedang mengantri. Tapi saat itu aku merasa beruntung. Karena kesalahan tanpa sengaja aku bisa keluar dari parkir lebih dulu. Aku tak ingin kesalahan itu terulang lagi. Jadi aku mengikuti seorang perempuan yang  juga keluar dari parkiran. Kali ini aku di jalur yang benar, aku berada di jalur antrian motor.
Aku tidak tahu mana tafsir yang paling benar mengenai mimpiku.

LAIN-LAIN :
TAFSIR MIMPI MENURUT ISLAM
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar